Kamis, 31 Januari 2008

Some time...

Baca cerita ”Bapakku seorang Gigolo.. Aku tidak malu” disatu sisi duh.. kenapa begitu tega seorang ayah ngasih makan anaknya dari tempat terlarang, tetapi disatu sisi dia adalah seorang bapak yang luar biasa.. keluarga adalah tempat terindah baginya.. apapun dilakukan untuk keluarga. Mengingatkan ku pada sebuah film ”Life is beautiful”.

Kisah ini dimulai sejak tahun 60 an
Ajad seorang pemuda, dia anak dari seorang seniman samprong. Ayahnya seorang pemain samprong, ibunya seorang penyanyi samprong. Samprong adalah kesenian yang selalu ditujukan untuk memuja asma allah. Meski demikian Ajad selalu berpenampilan gembira, setiap kemana kaki melangkah dia selulu bersenandung. Dia punya seorang sahabat namanya Mamad. Meski sahabat yang dimana aja ada Ajad disitulah ada Mamad, tetapi Mamad sifatnya agak pendiam. Paling banter senyum untuk membuat orang lain seneng kadang tersungging dari bibirnya. Suatu saat ketika sepasang sahabat naik sepeda.. tiba tiba aja bruk!! Mereka menabrak kerbau. Ternyata ajad tidak tahu kalo didepannya ada kerbau, karena dia tidak konsen liat cewek manis lagi berjalan bersama anak anak kecil. Bukannya kesakitan, ajad dengan gayanya yang selalu happ, dia pun ingin berkenalan dengan cewek tersebut. Singkat cerita mereka bisa berkenalan.. si cewek cantik itu namanya Pitri, anak pak Kadus dusun sebelah. Hari demi hari hubungan mereka tambah dekat.. akhirnya mereka pacaran. Ketika mereka pacaran, pitri selalu tertawa karena ajad selalu menghiburnya entah dengan gayanya atau cerita lucunya atau dengan gurauanya. Sudah tiba saatnya keluarga Ajad pingin meminang pitri untuk Ajad, tetapi karena alasan ekonomi, lamaran keluarga ajad untuk sementara ditunda. Keluarga pak Kadus adalah salah satu keluarga terkaya didaerah itu. Tapi dengan kebulatan tekad akhirnya mereka nikah. Setelah menikah mereka dikaruniai seorang putri, putri ini dikasih nama Dyah. Saat itu keadaan negara sedang amburadul. Keluarga pak kadus ternyata ikut dalam organisasi terlarang. Sedangkan keluarga ajad adalah keluarga dengan latar anti komunis. Singkat cerita untuk menghindari pertumpahan darah, keluarga pak kadus melakukan eksodus. Saat melakukan eksodus pitri ikut. Hari hari setelah itu kehidupan Dyah kecil hanya didampingi sang ayah. Saat itu ajad menyadari hidup sangat susah, padahal Dyah masih butuh susu dan popok. Apapun dilakukan ajad untuk dapat memenuhi kehidupan Dyah. Hingga akhirnya dia bertemu lagi dengan mamad. Saat itu mamad mendapatkan kehidupan yang agak lumayan, mamad mengajak ajad untu bekerja. Karena ajad ingin melihat Dyah bisa mendapatkan kebutuhan yang layak, maka terpaksa dia menerima tawaran mamad untuk menjadi GIGOLO. Ajad selalu berpamitan dengan Dyah bahwa dia seorang tentara. Ternyata menjadi gigolo bukanlah merupakan pekerjaan yang menyenangkan, hampir setiap hari ajad harus memuaskan encik encik. Bahkan tidak hanya wanita saja yang dia layani tapi juga bapak bapak. Setiap pulang bukannya kepuasan yang di dapat tapi jalan pincang yang setiap hari dia dapat. Meski demikian Ajad selalu menyempatkan diri untuk bergurau dengan Dyah. Gerakan gerakan lucu selalu menghiasi gurauan mereka. Teriakan tertawa selalu menghidupi mereka berdua. Setiap ajad mau pergi bekerja, Dyah selalu pengin ikut. Setiap mau pergi entah berapa kali mereka saling berciuman. Ketika sore.. Dyah dengan memelasnya menunggu kedatangan sang abah. Dyah tidak pernah menangis kalo ayahnya datang terlambat, paling hanya meteskan air mata saja. Ketika Ajad datang, teriakan Dyah memikakan kegirangan. Meski ada rasa sakit yang amat sangat didaerah pantat, saat itu hilang seketika bersamaan panggilan Dyah. Setiap malam pun mereka selalu bergurau, bahkan sebelum tidur Ajad tidak terlupakan selalu menceritakan cerita. Meski cerita timun emas di ulang ulang terus. Keadaan demikian bertahan sampai Dyah berumur 6 tahun. Hingga suatu malam.. dimana segalanya menjadi berubah. Ajad dijemput oleh dua orang, ajad berpesan terhadap anaknya, bahwa hidup ini indah, akan selalu indah bila kamu selalu tersenyum, senyumanmu bukan hanya untuk mu saja tetapi juga untuk orang lain bahkan untuk bintang. Dan itulah malam terakhir Dyah melihat wajah ayahnya.
Lima tahun kemudian, Dyah tidak sengaja menemukan sebuah kotak. Disitu dia menemukan sebuah catatan. Ternyata catatan ayahnya. Disitu dituliskan dari pertama ketemu dengan sang ibu, Pitri, hingga akhirnya Dyah tahu kalo selama ini ayahnya seorang gigolo bukannya tentara.
Ajad cuman ingin anaknya kelak menjadi seorang yang dapat berguna bagi bangsa dan negara, meski ajad harus menjadi gigolo.
Bagi Dyah, Ajad ayahnya masih seorang tentara yang selalu menjaga hatinya.

Tidak ada komentar: